/* $tanggal=date("Y-m-d H:i:s"); $tgl=date("Y-m-d"); $uripage = $_SERVER['REQUEST_URI']; $uripage = str_replace("index.php?","",$uripage); $uripage2 = explode("/",$uripage); $page = $uripage2[1]; $ip=$_SERVER['REMOTE_ADDR']; $useragen=$_SERVER['HTTP_USER_AGENT']; $data=explode(" ",$useragen); $browser=$data[0]; $data1=explode(";",$useragen); $so=$data1[0]; $so1=explode("(",$so); $sistem=$so1[1]; $perintah="insert into tbl_pageviews (tanggal,tgl,domain,page,ip,browser,so) values ('$tanggal','$tgl','user.abatasa.com','$kanal','$ip','$browser','$sistem')"; $hasil=mysql_query($perintah); */ ?>
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah II Pasca Muktamar XIII
Di PC Persis Banjaran, 03 Rabi'uts Tsani 1428 H
21 April 2007 M
بسم الله الرØÙ…Ù† الرØÙŠÙ…
Tentang :
"HUKUM JUM'AT BAGI MUSAFIR"
Dewan Hisbah Persatuan islam setelah :
MENGINGAT :
1. Firman Allah tentang wajib Jum'at
ياايها الذين امنوا ءاذا نودي للصلاة من يوم الجمعة ÙØ§Ø³Ø¹ÙˆØ§ ءالى ذكر الله وذروا البيع ذلكم خير لكم ءان كنتم تعلمون
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Q.S. Al-Jumu'ah : 9
2. Hadis Rasulullah saw. tentang golongan yang dikecualikan dari kewajiban Jum'at
عن طارق بن شهاب عن النبى ص قال الجمعة ØÙ‚ واجب على كل مسلم ÙÙ‰ جماعة إلا أربعة عبد مملوك او امرأة أو صبي أو مريض
Dari Thariq bin Syihab, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap muslim secara berjama'ah kecuali empat golongan; hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan yang sakit. H.R. Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 347
3. Hadis yang menerangkan bahwa pada saat wukuf yang jatuh pada hari Jum'at di Arafah Rasulullah saw. shalat zhuhur dijama' dengan ashar
ÙØ£Ø¬Ø§Ø² ØØªÙ‰ أتى Ø¹Ø±ÙØ© Ùوجد القبة قد ضربت له بنمرة Ùنزل بها ØØªÙ‰ إذا زاغت الشمس أمر بالقصواء ÙØ±ØÙ„ت له ÙØ£ØªÙ‰ بطن الوادي ÙØ®Ø·Ø¨ الناس ثم أقام ÙØµÙ„Ù‰ الظهر ثم أقام ÙØµÙ„Ù‰ العصر ولم يصل بينهما شيئا ...
"... Selanjutna beliau berangkat hingga sampai di Arafah, maka beliau menemukan tenda yang telah dibangun untuknya di Namirah, kemudian beliau singgah di namirah, sehingga tatkala tergelincir matahari, beliau menyuruh dibawakan Qaswa (unta beliau), kemudian unta itu diserahkan padanya. Selanjutnya beliau sampai dilembah, terus beliau memberi hutbah pada manusia, kemudian dikumandangkan adzan selanjutnya iqamat, terus beliau shalat Dzuhur, kemudian iqamat, dan terus shalat Ashar, serta beliau tidak shalat apapun diantara kedua salat itu. H.R. Muslim, Shahih Muslim, II : 886
4. Hadis Ibnu Umar yang melaksanakan Jum'at ketika safar sebagai berikut :
عَنْ Ø¹ÙŽØ·ÙŽØ§Ø¡ÙØŒ عَن٠ابْن٠عÙمَرَ، قَالَ كَانَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ كَانَ بÙمَكَّةَ Ùَصَلَّى الْجÙÙ…ÙØ¹ÙŽØ©ÙŽ ØªÙŽÙ‚ÙŽØ¯Ù‘ÙŽÙ…ÙŽ Ùَصَلَّى رَكْعَتَيْن٠ثÙمَّ تَقَدَّمَ Ùَصَلَّى أَرْبَعًا ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ كَانَ Ø¨ÙØ§Ù„ْمَدÙينَة٠صَلَّى الْجÙÙ…ÙØ¹ÙŽØ©ÙŽ Ø«Ùمَّ رَجَعَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ بَيْتÙÙ‡Ù Ùَصَلَّى رَكْعَتَيْن٠وَلَمْ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘Ù ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯Ù ÙÙŽÙ‚Ùيلَ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ùَقَالَ كَانَ رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم ÙŠÙŽÙْعَل٠ذَلÙÙƒÙŽ
Dari Atha, dari Ibnu Umar, ia berkata, "Beliau (Ibnu Umar) berada di Mekah, lalu shalat Jum'at, (setelah selesai) ia melangkah ke depan untuk shalat sunat dua raka'at, kemudian melangkah kedepan untuk shalat sunat empat raka'at. Dan bila berada di Madinah ia shalat Jum'at, lalu kembali ke rumahna, maka salat dua rakaat dan tidak shalat dimasjid. Maka ditanyakan kepadanya, lalu ia berkata, "Rasulullah saw melakukan hal itu (salat sunat ba'da Jum'at di rumahnya)". H.R. Abu Daud, Sunan Abu Daud, I : 363
5. Hadis tentang Ibnu Umar ang tidak melaksanakan Jum'at ketika safar sebagai berikut :
عن Ù†Ø§ÙØ¹ أن ابن عمر ض ذكرله أن سعيد بن زيد بن عمرو بن Ù†Ùيل وكان بدريا مرض ÙÙ‰ يوم جمعة ÙØ±ÙƒØ¨ إليه بعد أن تعالى النهار واقتربت الجمعة Ùˆ ترك الجمعة
Dari Nafi' sesungguhnya Ibnu Umar diterangkan kepada beliau bahwa Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufel, dan ia orang Badar, sakit pada hari Jum'at. lalu Ibnu Umar berangkat untuk menengoknya menjelang siang, dan telah dekat waktu Jum'at, dan Ibnu Umar tidak melaksanakan Jum'at. H.R. Bukhari, Fathul Bari, VII : 360, No. 3991
MENDENGAR :
1. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Usman Shalehudin
2. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis K.H.Drs. Shiddiq Amien, MBA
3. Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh K.H. Luthfi Abdullah Ismail,Lc
4. Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut diatas
MENIMBANG :
1. Keputusan Dewan Hisbah tahun 2001 yang beristinbath bahwa "Musafir tidak dikecualikan dari kewajiban Jum'at"
2. Hadis-hadis tentang empat golongan ang dikecualikan dari wajib jum'at adalah sahih
3. Hadis-hadis tentang musafir yang dikecualikan dari wajib Jum'at semuanya daif
4. Wukuf di Arafah terjadi pada hari Jum'at, 9 Dzulhijjah tahun 10 H dan Nabi melaksanakan salat zhuhur dan ashar dijama dan diqashar
5. Ada pemahaman wukuf Nabi di Arafah terjadi pada hari Sabtu, 10 Dzulhijjah tahun 10 H. Dengan demikian, pada hari Jum'at Nabi berada di Mina dan beliau melaksanakan salat zhuhur dan Ashar bukan salat Jum'at.
6. Ada pemahaman bahwa musafir tidak wajib jum'at karena tidak ditemukan keterangan Nabi saw salat Jum'at waktu safar termasuk waktu pelaksanaan haji.
7. Tidak ditemukan satu keteranganpun selama Nabi melakukan safar haji atau lainnya melakukan Jum'at.
8. Ditemukan keterangan bahwa Ibnu Umar salat Jum'at ketika safar di Mekah.
9. Ditemukan keterangan bahwa Ibnu Umar ketika menjenguk yang sakit di Badar tidak melaksanakan Jum'at.
10. Orang yang sedang melaksanakan ibadah haji adalah musafir.
11. Perlu dipertegas kembali tentang hukum jum'at bagi musafir
Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan islam
MENGISTINBATH :
1. Merevisi keputusan Dewan Hisbah tahun 2001 yang menetapkan bahwa "Musafir tidak dikecualikan dari kewajiban Jum'at"
2. Musafir boleh tidak melaksanakan Jum'at
3. Musafir yang tidak melaksanakan Jum'at wajib salat zhuhur.
Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan makalah terlampir.
الله ياءخذ باءيدينا الى ما Ùيه خير للاء سلام Ùˆ المسلمين
Bandung, 03 R. Tsani 1428 H
21 A p r i l 2007 M
Ketua Sekretaris
ttd ttd
KH.Usman Shalehuddin KH.Wawan Shofwan Sh
NIAT : 05336 NIAT : 30400
E. Shalat Nafilah (Sunat) Bagi Musafir
Mengenai shalat sunat yang dilakukan oleh musafir (orang yang dalam perjalanan) maka ada perbedaan diantara ulama tentang hukum tersebut. Diantaranya :
1. Disyariatkan secara mutlaq
Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak mengapa dan tidak makruh shalat nafilah/ tathawwu’ bagi musafir yang mengqashar shalatnya, baik nafilah yang merupakan sunnah rawatib (qobliyah dan ba’diyah) maupun yang lainnya.
وَعَنْ Ø¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ´ÙŽØ©ÙŽ -رَضÙÙŠÙŽ اَللَّه٠عَنْهَا- : أَنَّ اَلنَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم ( كَانَ لَا يَدَع٠أَرْبَعًا قَبْلَ اَلظّÙهْر٠وَرَكْعَتَيْن٠قَبْلَ اَلْغَدَاة٠) Ø±ÙŽÙˆÙŽØ§Ù‡Ù Ø§ÙŽÙ„Ù’Ø¨ÙØ®ÙŽØ§Ø±ÙيّÙ
Dari 'Aisyah Radliyallaahu'anha bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah meninggalkan (sholat sunat) empat rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat sebelum Shubuh. (Riwayat Bukhari)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ Ù†ÙØ¹ÙŽÙŠÙ’Ù…ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø´ÙŽÙŠÙ’Ø¨ÙŽØ§Ù†ÙØŒ عَنْ ÙŠÙŽØÙ’يَى، عَنْ Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙŽØÙ’Ù…ÙŽÙ†ÙØŒ أَنَّ Ø¬ÙŽØ§Ø¨ÙØ±ÙŽ Ø¨Ù’Ù†ÙŽ Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ أَخْبَرَه٠أَنَّ النَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ Ø§Ù„ØªÙ‘ÙŽØ·ÙŽÙˆÙ‘ÙØ¹ÙŽ ÙˆÙŽÙ‡Ù’ÙˆÙŽ Ø±ÙŽØ§ÙƒÙØ¨ÙŒ ÙÙÙŠ ØºÙŽÙŠÙ’Ø±Ù Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¨Ù’Ù„ÙŽØ©Ù
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari Muhammad bin 'Abdurrahman bahwa Jabir bin 'Abdullah telah mengabarkan kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendirikan shalat sunnat sambil mengendarai hewan tunggangannya dalam keadaan tidak menghadap qiblat (Shahih al-Bukhari 1094)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا ÙŠÙŽØÙ’ÙŠÙŽÙ‰ بْن٠بÙÙƒÙŽÙŠÙ’Ø±ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙŠÙ’Ø«ÙØŒ عَنْ عÙÙ‚ÙŽÙŠÙ’Ù„ÙØŒ عَن٠ابْن٠شÙÙ‡ÙŽØ§Ø¨ÙØŒ عَنْ Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ§Ù…ÙØ±Ù بْن٠رَبÙيعَةَ، أَنَّ Ø¹ÙŽØ§Ù…ÙØ±ÙŽ Ø¨Ù’Ù†ÙŽ رَبÙيعَةَ، أَخْبَرَه٠قَالَ رَأَيْت٠رَسÙولَ اللَّه٠صلى الله عليه وسلم وَهْوَ عَلَى الرَّاØÙÙ„ÙŽØ©Ù ÙŠÙØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙØŒ ÙŠÙÙˆÙ…ÙØ¦Ù Ø¨ÙØ±ÙŽØ£Ù’سÙÙ‡Ù Ù‚ÙØ¨ÙŽÙ„ÙŽ أَىّ٠وَجْه٠تَوَجَّهَ، وَلَمْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم يَصْنَع٠ذَلÙÙƒÙŽ ÙÙÙŠ الصَّلاَة٠الْمَكْتÙوبَةÙ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah bahwa 'Amir bin Rabi'ah mengabarkannya berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di atas hewan tunggangannya bertasbih dengan memberi isyarat dengan kepala beliau kearah mana saja hewan tunggangannya menghadap. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah melakukan seperti ini untuk shalat-shalat wajib (al-Bukhari 1097)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…ÙØ¹ÙŽØ§Ø°Ù بْن٠Ùَضَالَةَ، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù‡ÙØ´ÙŽØ§Ù…ٌ، عَنْ ÙŠÙŽØÙ’يَى، عَنْ Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙŽØÙ’مَن٠بْن٠ثَوْبَانَ، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنÙÙŠ Ø¬ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ أَنَّ النَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ عَلَى رَاØÙلَتÙÙ‡Ù Ù†ÙŽØÙ’ÙˆÙŽ الْمَشْرÙÙ‚Ù ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ أَرَادَ أَنْ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠÙŽ الْمَكْتÙوبَةَ نَزَلَ Ùَاسْتَقْبَلَ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¨Ù’لَةَ
Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadhalah berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Muhammad bin 'Abdurrahman bin Tsauban berkata, telah menceritakan kepada saya Jabir bin 'Abdullah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendirikan shalat diatas hewan tunggangannya menghadap ke Timur. Jika Beliau hendak melaksanakan shalat wajib, maka Beliau turun dan melaksanakannya dengan menghadap qiblat (Sahih al-Bukhari 1099)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا عَبْد٠الأَعْلَى بْن٠ØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ§Ø¯ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا ÙˆÙهَيْبٌ، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…Ùوسَى بْن٠عÙقْبَةَ، عَنْ نَاÙÙØ¹ÙØŒ قَالَ وَكَانَ ابْن٠عÙمَرَ Ù€ رضى الله عنهما Ù€ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ عَلَى رَاØÙلَتÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙŠÙÙˆØªÙØ±Ù عَلَيْهَا، ÙˆÙŽÙŠÙØ®Ù’Ø¨ÙØ±Ù أَنَّ النَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ ÙŠÙŽÙْعَلÙÙ‡Ù
"...dari Nafi' berkata; Ibnu 'Umar radliallahu 'anhumaa pernah mengerjakan shalat diatas hewan tunggangannya dan juga shalat witir dan dia mengabarkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakannya pula (Shahih Bukhary)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ«ÙŽÙ†Ù‘َى، قَالَ: ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¬ÙŽØ¹Ù’ÙÙŽØ±ÙØŒ قَالَ: ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø´ÙØ¹Ù’Ø¨ÙŽØ©ÙØŒ عَنْ عَمْرÙÙˆ Ø¨Ù’Ù†Ù Ù…ÙØ±Ù‘َةَ، عَنْ عَبْد٠الرَّØÙ’مَن٠بْن٠أَبÙÙŠ لَيْلَى، قَالَ: مَا أَخْبَرَنÙÙŠ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒØŒ أَنَّه٠رَأَى النَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ Ø§Ù„Ø¶Ù‘ÙØÙŽÙ‰ Ø¥Ùلا Ø£ÙÙ…Ù‘Ù Ù‡ÙŽØ§Ù†ÙØ¦ÙØŒ ÙÙŽØ¥Ùنَّهَا ØÙŽØ¯Ù‘َثَتْ أَنَّ رَسÙولَ الله٠صلى الله عليه وسلم، دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ ÙَتْØÙ مَكَّةَ Ùَاغْتَسَلَ ÙَسَبَّØÙŽ Ø«ÙŽÙ…ÙŽØ§Ù†ÙÙŠÙŽ رَكَعَات٠مَا رَأَيْتÙه٠صلى الله عليه وسلم، صَلَّى صَلاةً قَطّ٠أَخَÙÙ‘ÙŽ Ù…Ùنْهَا، غَيْرَ أَنَّه٠كَانَ ÙŠÙØªÙمّ٠الرّÙÙƒÙوعَ ÙˆÙŽØ§Ù„Ø³Ù‘ÙØ¬Ùودَ
"... Dari Abdurrahman bin Abi Laily berkata :Tidak ada yang memberi tahu saya bahwa bahwa ia telah melihat Nabi saw melakukan dhuha selain Ummi Haani. Dia menceritakan bahwa Rasulullah saw datang ke rumahnya di hari Makkah ditaklukkan. Beliau mandi, kemudian shalat delapan rakaat. Dan aku belum pernah melihat Rasulullah saw melakukan shalat-pun lebih ringan dari ini, meskipun dia melakukan setiap ruku' dan sujud dengan sempurna. (Sunan Abu Dawud)
أَنَّ رَسÙولَ الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ كَانَ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØªÙŽÙ‡Ù ØÙŽÙŠÙ’Ø«Ùمَا تَوَجَّهَتْ بÙه٠نَاقَتÙÙ‡Ù
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya shalat sunnah kemana pun untanya menghadap” (HR. Muslim 33).
Bahkan Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim membuat judul “bab bolehnya shalat sunnah di atas binatang tunggangan dalam safar kemana pun binatang tersebut menghadap“.
أن رسولَ الله٠صلى الله عليه وسلم كان يوتر٠على البعيرÙ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya shalat witir di atas unta” (HR. Al Bukhari 999, Muslim 700).
2. Tidak Disyari'atkan Secara Mutlaq
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا ÙŠÙŽØÙ’ÙŠÙŽÙ‰ بْن٠سÙلَيْمَانَ، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنÙÙŠ Ø§Ø¨Ù’Ù†Ù ÙˆÙŽÙ‡Ù’Ø¨ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنÙÙŠ عÙÙ…ÙŽØ±Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯ÙØŒ أَنَّ ØÙŽÙْصَ بْنَ عَاصÙÙ…ÙØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَه٠قَالَ سَاÙَرَ ابْن٠عÙمَرَ Ù€ رضى الله عنهما Ù€ Ùَقَالَ صَØÙبْت٠النَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم Ùَلَمْ Ø£ÙŽØ±ÙŽÙ‡Ù ÙŠÙØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙ ÙÙÙŠ السَّÙÙŽØ±ÙØŒ وَقَالَ اللَّه٠جَلَّ ذÙكْرÙÙ‡Ù {لَقَدْ كَانَ Ù„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙŠ رَسÙÙˆÙ„Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø£ÙØ³Ù’وَةٌ ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©ÙŒ}.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahb berkata, telah menceritakan kepada saya 'Umar bin Muhammad bahwa Hafsh bin 'Ashim menceritakan kepadanya berkata; " Ibnu 'Umar radliallahu 'anhumaa mengadakan perjalanan lalu berkata: "Aku pernah menemani Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku tidak melihat Beliau melaksanakan shalat sunnah dalam safarnya". Dan Allah subhanahu wata'ala telah berfirman: "Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu"(QS. Ahzab 21). Shahih Bukhary
ÙˆÙŽØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø¹ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ù…ÙØ¹ÙŽØ§Ø°ÙØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙŠØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø´ÙØ¹Ù’Ø¨ÙŽØ©ÙØŒ عَنْ Ø®ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’ب٠بْن٠عَبْد٠الرَّØÙ’Ù…ÙŽÙ†ÙØŒ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ ØÙŽÙْصَ بْنَ عَاصÙÙ…ÙØŒ عَن٠ابْن٠عÙمَرَ، قَالَ صَلَّى النَّبÙيّ٠صلى الله عليه وسلم بÙÙ…Ùنًى صَلاَةَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³ÙŽØ§ÙÙØ±Ù وَأَبÙÙˆ بَكْر٠وَعÙÙ…ÙŽØ±Ù ÙˆÙŽØ¹ÙØ«Ù’مَان٠ثَمَانÙÙŠÙŽ سÙÙ†Ùينَ أَوْ قَالَ Ø³ÙØªÙ‘ÙŽ سÙÙ†Ùينَ . قَالَ ØÙŽÙْصٌ وَكَانَ ابْن٠عÙمَرَ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ بÙÙ…Ùنًى رَكْعَتَيْن٠ثÙمَّ يَأْتÙÙŠ ÙÙØ±ÙŽØ§Ø´ÙŽÙ‡Ù . ÙÙŽÙ‚Ùلْت٠أَىْ عَمّ٠لَوْ صَلَّيْتَ بَعْدَهَا رَكْعَتَيْن٠. قَالَ لَوْ Ùَعَلْت٠لأَتْمَمْت٠الصَّلاَةَ
"... Dari Ibn Umara berkata : Nabi saw pernah shalat di Mina (yaitu) shalat musafir (qashar), (begitu juga) Abu Bakar, Umar, dan Usman melakukannya selama 8 tahun atau enam tahun. Berkata Hafs (perawi), "dan keadaan Ibnu Umar juga shalat di Mina dua rakaat kemudian kembali ke tempat istirahatnya. Maka Aku (Hafs) berkata kepadanya (Ibnu Umar), Hai paman, (saya berharap) engkau shalat dua rakaat sesudahnya. Ibnu Umar mengatakan : "Kalau aku melakukan shalat sunat sesudahnya, tentu aku melakukan shalat wajibnya sempurna (empat rakaat). Shahih Muslim 694
Ibnu al-Qayyim mengatakan : “Hal itu merupakan bentuk pemahaman Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma yang mendalam. Karena Allah yang Mahasuci lagi Mahatinggi telah memberikan keringanan kepada musafir untuk mengerjakan dua raka’at saja dari shalat empat raka’at. Seandainya disyari’atkan lagi dua raka’at sebelum dan sesudahnya, maka sepatutnya menyempurnakan shalat fardhu yang diqashar. Dan seandainya disyariatkan shalat sunnat sebelum dan sesudahnya maka yang lebih patut dikerjakan adalah menyempurnakan shalat fardhu (tidak mengqasharnya) (Zaadu al-Ma’aad I/316)
3. Tidak Disyari'atkan Sunnat Rawatib Kecuali Shubuh & Sunnat Yang Lain.
Shalat sunnat Rawâtib Subuh termasuk shalat sunnat yang paling ditekankan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukannya dan tidak meninggalkannya, baik saat bepergian ataupun tidak.
Di antara dalil yang menunjukkannya, yaitu hadits Abu Maryam yang berbunyi:
ÙƒÙنَّا مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ ÙÙÙŠ سَÙَر٠Ùَأَسْرَيْنَا لَيْلَةً Ùَلَمَّا كَانَ ÙÙÙŠ ÙˆÙŽØ¬Ù’Ù‡Ù Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¨Ù’ØÙ نَزَلَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ùَنَامَ وَنَامَ النَّاس٠Ùَلَمْ ÙŠÙŽØ³Ù’ØªÙŽÙŠÙ’Ù‚ÙØ¸Ù’ Ø¥Ùلَّا Ø¨ÙØ§Ù„شَّمْس٠قَدْ طَلَعَتْ عَلَيْنَا Ùَأَمَرَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤ÙŽØ°Ù‘ÙÙ†ÙŽ Ùَأَذَّنَ Ø«Ùمَّ صَلَّى الرَّكْعَتَيْن٠قَبْلَ الْÙَجْر٠ثÙمَّ أَمَرَه٠Ùَأَقَامَ Ùَصَلَّى Ø¨ÙØ§Ù„نَّاسÙ
Kami dahulu pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, lalu kami berjalan saat malam hari. Ketika menjelang waktu Subuh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti dan tidur, dan orang-orang pun ikut tidur. Beliau tidak bangun kecuali matahari telah terbit. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan muadzin (untuk beradzan), lalu ia pun mengumandangkan adzan. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua raka`at sebelum shalat Subuh, kemudian memerintahkan sang muadzin beriqamah, lalu beliau mengimami orang-orang (shalat Subuh). (HR an-Nasâ-i, kitab al-Mawaqif, Bab: Kaifa Yaqdhi al-Fâit minash-Shalat, no. 605. Dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan an-Nasâ-i. Syaikh berkata, "Shahîh dengan hadits Abu Hurairah ra)
Demikian juga Imam al-Bukhâri telah menyebutkan dalam Shahihnya (Kitab al-Jum'at) memuat secara khusus, yaitu :
بَاب مَنْ تَطَوَّعَ ÙÙÙŠ السَّÙَر٠ÙÙÙŠ ØºÙŽÙŠÙ’Ø±Ù Ø¯ÙØ¨Ùر٠الصَّلَوَات٠وَقَبْلَهَا وَرَكَعَ النَّبÙيّ٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْ الْÙَجْر٠ÙÙÙŠ السَّÙَرÙ
(Bab orang yang melakukan shalat tathawu' (sunnah) dalam perjalanan pada selain waktu sesudah dan sebelum shalat fardhu (Rawâtib), dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat dua rakaat al-Fajr dalam safarnya (bepergiannya)
Ibnu al-Qayyim berkata,"Di antara petunjuk yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safarnya, yaitu (beliau) mencukupkan diri dengan melaksanakan shalat yang fardhu, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui melakukan shalat Sunnah Rawâtib sebelum dan sesudah shalat fardhu kecuali shalat witir dan Sunnah Rawâtib Subuh, karena beliau tidak pernah meninggalkan kedua shalat itu, baik saat muqîm (tidak sedang bepergian) maupun saat bepergian".(Zâdu al-Ma'ad 1/456)
Hal ini, juga sebagaimana pernyataan 'Aisyah ra:
عَنْ Ø¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ´ÙŽØ©ÙŽ Ø±ÙŽØ¶ÙÙŠ اللّه عَنْهÙمَا قَالَتْ لَمْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ النَّبÙيّ٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ عَلَى شَيْء٠مÙنْ النَّوَاÙÙل٠أَشَدَّ Ù…ÙÙ†Ù’Ù‡Ù ØªÙŽØ¹ÙŽØ§Ù‡ÙØ¯Ù‹Ø§ عَلَى رَكْعَتَيْ الْÙَجْرÙ. أخرجه الشيخان
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma , ia berkata, "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat Sunnah yang dilakukan secara terus-menerus melebihi dua rakaat (shalat Rawatib) Subuh".(HR al-Bukhari Muslim
reureuh heula...(bersambung)!
D. "Hisbah" Para Shahabat Tentang Qashar
1. IBNU ABBAS RA
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…Ùوسَى Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¥ÙØ³Ù’مَاعÙيلَ، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ عَوَانَةَ، عَنْ عَاصÙÙ…ÙØŒ ÙˆÙŽØÙØµÙŽÙŠÙ’Ù†ÙØŒ عَنْ عÙكْرÙمَةَ، عَن٠ابْن٠عَبَّاس٠ـ رضى الله عنهما Ù€ قَالَ أَقَامَ النَّبÙيّ٠صلى الله عليه وسلم ØªÙØ³Ù’عَةَ عَشَرَ ÙŠÙŽÙ‚Ù’ØµÙØ±ÙØŒ ÙÙŽÙ†ÙŽØÙ’Ù†Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ سَاÙَرْنَا ØªÙØ³Ù’عَةَ عَشَرَ قَصَرْنَا، ÙˆÙŽØ¥Ùنْ Ø²ÙØ¯Ù’نَا أَتْمَمْنَا
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari 'Ashim dari Hushain dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah menetap (dalam bepergian) selama sembilan belas hari dengan mengqashar (meringkas) shalat. Maka kami bila bepergian selama sembilan belas hari mengqashar solat. Bila lebih dari itu, kami menyempurnakan shalat. (Shahih Bukhary "Kitabu al-Taqshir")
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ«ÙŽÙ†Ù‘َى، ÙˆÙŽØ§Ø¨Ù’Ù†ÙØŒ بَشَّار٠قَالاَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¬ÙŽØ¹Ù’ÙÙŽØ±ÙØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø´ÙØ¹Ù’Ø¨ÙŽØ©ÙØŒ قَالَ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹Ù’ت٠قَتَادَةَ، ÙŠÙØÙŽØ¯Ù‘ÙØ«Ù عَنْ Ù…Ùوسَى بْن٠سَلَمَةَ Ø§Ù„Ù’Ù‡ÙØ°ÙŽÙ„ÙÙŠÙ‘ÙØŒ قَالَ سَأَلْت٠ابْنَ عَبَّاس٠كَيْÙÙŽ Ø£ÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ ÙƒÙنْت٠بÙمَكَّةَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ لَمْ Ø£ÙØµÙŽÙ„ّ٠مَعَ الإÙمَام٠. Ùَقَالَ رَكْعَتَيْن٠سÙنَّةَ أَبÙÙŠ الْقَاسÙم٠صلى الله عليه وسلم
"...Aku (Musa bin Salamah) pernah bertana kepada Ibnu Abbas, bagaimana kaifiyat (jika) aku shalat di Makkah jika tidak berjamaah (dengan penduduk/Imam Makkah)? Beliau (Ibn Abbas) menjawab : (Shalatlah) dua rakaat, sebab itu merupakan sunnah Abi Qasim (Nabi) saw. (Shahih Muslim bab Shalat Musafirin wa Qashriha)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا هَنَّاد٠بْن٠السَّرÙÙŠÙ‘ÙØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ Ù…ÙØ¹ÙŽØ§ÙˆÙيَةَ، عَنْ عَاصÙم٠الأَØÙ’ÙˆÙŽÙ„ÙØŒ عَنْ عÙكْرÙمَةَ، Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù‘ÙŽØ§Ø³ÙØŒ قَالَ سَاÙَرَ رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم سَÙَرًا Ùَصَلَّى ØªÙØ³Ù’عَةَ عَشَرَ يَوْمًا رَكْعَتَيْن٠رَكْعَتَيْن٠. قَالَ ابْن٠عَبَّاس٠ÙÙŽÙ†ÙŽØÙ’Ù†Ù Ù†ÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ ÙÙيمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ ØªÙØ³Ù’عَ عَشْرَةَ رَكْعَتَيْن٠رَكْعَتَيْن٠ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ أَقَمْنَا أَكْثَرَ Ù…Ùنْ ذَلÙÙƒÙŽ صَلَّيْنَا أَرْبَعًا
"...Dari Ibnu Abbas ra, berkata. Rasululllah saw telah berangkat dalam satu bepergian, maka beliau shalat (tidak hentinya) dua rakaat-dua rakaat selama 19 hari. Berkata (berpendapat) Ibnu Abbas , "Maka kami jika shalat (dalam safar) sampai 19 hari, kami shalat dua rakaat-dua rakaat, tapi lebih dari itu, maka (selebihnya) kami shalat 4 rakaat (Jami` at-Tirmidhi 548)
2. IBNU UMAR RA
أَخْبَرَنÙÙŠ Ø£ÙŽØÙ’مَد٠بْن٠يَØÙ’يَى، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ Ù†ÙØ¹ÙŽÙŠÙ’Ù…ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا الْعَلاَء٠بْن٠زÙÙ‡ÙŽÙŠÙ’Ø±ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا وَبَرَة٠بْن٠عَبْد٠الرَّØÙ’Ù…ÙŽÙ†ÙØŒ قَالَ كَانَ ابْن٠عÙمَرَ لاَ يَزÙيد٠ÙÙÙŠ السَّÙَر٠عَلَى رَكْعَتَيْن٠لاَ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا . ÙÙŽÙ‚Ùيلَ لَه٠مَا هَذَا قَالَ هَكَذَا رَأَيْت٠رَسÙولَ اللَّه٠صلى الله عليه وسلم يَصْنَعÙ
Telah mengabarkan kepadaku Ahmad bin Yahya dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al 'Ala bin Zuhair dia berkata; telah menceritakan kepada kami Wabarah bin 'Abdurrahman dia berkata; "Shalat Ibnu Umar dalam Safar (perjalanan) tidak pernah melebihi dua raka'at, dan dia tidak mengerjakan shalat sunnah sesudah maupun sebelumnya. Lalu Ibnu Umar ditanya, "Apa ini? ' Ia menjawab; 'Begitulah, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya (Sunan An-Nasa'i 1456)
أَخْبَرَنÙÙŠ Ù†ÙÙˆØÙ بْن٠ØÙŽØ¨ÙÙŠØ¨ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا ÙŠÙŽØÙ’ÙŠÙŽÙ‰ بْن٠سَعÙÙŠØ¯ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا عÙيسَى بْن٠ØÙŽÙْص٠بْن٠عَاصÙÙ…ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنÙÙŠ أَبÙÙŠ قَالَ، ÙƒÙنْت٠مَعَ ابْن٠عÙمَرَ ÙÙÙŠ سَÙَر٠Ùَصَلَّى الظّÙهْرَ وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْن٠ثÙمَّ انْصَرَÙÙŽ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø·ÙنْÙÙØ³ÙŽØ©Ù Ù„ÙŽÙ‡Ù Ùَرَأَى قَوْمًا ÙŠÙØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙونَ قَالَ مَا يَصْنَع٠هَؤÙلاَء٠قÙÙ„Ù’ØªÙ ÙŠÙØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙونَ . قَالَ لَوْ ÙƒÙÙ†Ù’ØªÙ Ù…ÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùيًا قَبْلَهَا أَوْ بَعْدَهَا لأَتْمَمْتÙهَا صَØÙبْت٠رَسÙولَ اللَّه٠صلى الله عليه وسلم Ùَكَانَ لاَ يَزÙيد٠ÙÙÙŠ السَّÙَر٠عَلَى الرَّكْعَتَيْن٠وَأَبَا بَكْر٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ù‚ÙØ¨Ùضَ وَعÙمَرَ ÙˆÙŽØ¹ÙØ«Ù’مَانَ - رضى الله عنهم - كَذَلÙÙƒÙŽ
Telah mengabarkan kepadaku Nuh bin Habib dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Hafsh bin 'Ashim dia berkata; bapakku telah menceritakan kepadaku, dia berkata; "Aku pernah bersama Ibnu Umar dalam suatu perjalanan. Dia mengerjakan shalat Zhuhur dan Ashar dua raka'at, kemudian pergi ke tikarnya. Setelah itu ia melihat suatu kaum yang sedang bertasbih, maka dia berkata, 'Apa yang sedang mereka perbuat? ' Aku menjawab, 'Mereka sedang bertasbih'. Dia berkata lagi, 'Seandainya aku shalat sebelum dan sesudahnya, maka aku pasti menyempurnakannya. Aku pernah menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau dalam perjalanan tidak pernah shalat lebih dari dua raka'at. Begitu pula Abu Bakar hingga wafat, Umar, serta Utsman Radliallahu'anhum (Sunan An-Nasa'i 1457)
وقال Ø§Ù„Ù†Ø§ÙØ¹ : أقام ابن عمر بأدربيجان ستة أشهر يصلى ركعتين وقد ØØ§Ù„ الثلج بينه Ùˆ بين الدخول
Nafi' berkata : Ibnu Umar pernah menetap di Adribaizan selama enam bulan, ia senantiasa shalat dua rakaat, ia terhalang salju saat mau memasukinya (A.Zakaria Al-Hidayah h.8)
3. ABU BAKAR, UMAR & UTSMAN RA
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù…ÙØ³ÙŽØ¯Ù‘َدٌ، قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا ÙŠÙŽØÙ’يَى، عَنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ قَالَ أَخْبَرَنÙÙŠ نَاÙÙØ¹ÙŒØŒ عَنْ عَبْد٠اللَّه٠ـ رضى الله عنه Ù€ قَالَ صَلَّيْت٠مَعَ النَّبÙيّ٠صلى الله عليه وسلم بÙÙ…Ùنًى Ø±ÙŽÙƒÙ’Ø¹ÙŽØªÙŽÙŠÙ’Ù†ÙØŒ وَأَبÙÙŠ بَكْر٠وَعÙمَرَ، وَمَعَ Ø¹ÙØ«Ù’مَانَ صَدْرًا Ù…Ùنْ Ø¥ÙمَارَتÙÙ‡Ù Ø«Ùمَّ أَتَمَّهَا
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah mengabarkan kepada saya Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma berkata: "Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di kota Mina dua raka'at. Begitu juga ketika aku shalat bersama Abu Bakar, 'Umar dan juga bersama 'Utsman pada awal pemerintahannya. Namun beliau di kemudian hari menyempurnakannya (empat raka'at) (Bukhary Bab Shalat bi Mina)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ بَكْر٠بْن٠أَبÙÙŠ شَيْبَةَ، ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ Ø£ÙØ³ÙŽØ§Ù…َةَ، ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø¹ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ عَنْ نَاÙÙØ¹ÙØŒ عَن٠ابْن٠عÙمَرَ، قَالَ صَلَّى رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم بÙÙ…Ùنًى رَكْعَتَيْن٠وَأَبÙÙˆ بَكْر٠بَعْدَه٠وَعÙمَر٠بَعْدَ أَبÙÙŠ Ø¨ÙŽÙƒÙ’Ø±Ù ÙˆÙŽØ¹ÙØ«Ù’مَان٠صَدْرًا Ù…Ùنْ Ø®ÙلاَÙَتÙÙ‡Ù Ø«Ùمَّ Ø¥Ùنَّ Ø¹ÙØ«Ù’مَانَ صَلَّى بَعْد٠أَرْبَعًا . Ùَكَانَ ابْن٠عÙمَرَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ صَلَّى مَعَ الإÙمَام٠صَلَّى أَرْبَعًا ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ صَلاَّهَا ÙˆÙŽØÙ’دَه٠صَلَّى رَكْعَتَيْنÙ
"...Dari Ibn Umar berkata : Nabi saw shalat di Mina dua rakaat, begitupun (masa) Abu Bakar, Umar juga Ustman di awal pemerintahannya. Namun setelah itu Ustman shalat (di Mina) empat rakaat. Maka keadaan (pendapat) Ibnu Umar "jika ia shalat berjamaah (dg Ustman) ia shalat empat rakaat, tapi jika menyendiri ia shalat dua rakaat (Shahih Muslim)
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ù‚ÙØªÙŽÙŠÙ’بَة٠بْن٠سَعÙÙŠØ¯ÙØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا عَبْد٠الْوَاØÙØ¯ÙØŒ Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ù„Ø£ÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽØ´ÙØŒ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙÙŠÙ…ÙØŒ قَالَ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹Ù’ت٠عَبْدَ الرَّØÙ’مَن٠بْنَ يَزÙيدَ، ÙŠÙŽÙ‚Ùول٠صَلَّى بÙنَا Ø¹ÙØ«Ù’مَان٠بÙÙ…Ùنًى أَرْبَعَ رَكَعَات٠ÙÙŽÙ‚Ùيلَ ذَلÙÙƒÙŽ Ù„ÙØ¹ÙŽØ¨Ù’د٠اللَّه٠بْن٠مَسْعÙود٠Ùَاسْتَرْجَعَ Ø«Ùمَّ قَالَ صَلَّيْت٠مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم بÙÙ…Ùنًى رَكْعَتَيْن٠وَصَلَّيْت٠مَعَ أَبÙÙŠ Ø¨ÙŽÙƒÙ’Ø±Ù Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¯Ù‘Ùيق٠بÙÙ…Ùنًى رَكْعَتَيْن٠وَصَلَّيْت٠مَعَ عÙمَرَ بْن٠الْخَطَّاب٠بÙÙ…Ùنًى رَكْعَتَيْن٠Ùَلَيْتَ ØÙŽØ¸Ù‘ÙÙŠ Ù…Ùنْ Ø£ÙŽØ±Ù’Ø¨ÙŽØ¹Ù Ø±ÙŽÙƒÙŽØ¹ÙŽØ§ØªÙ Ø±ÙŽÙƒÙ’Ø¹ÙŽØªÙŽØ§Ù†Ù Ù…ÙØªÙŽÙ‚َبَّلَتَانÙ
"...Aku (Ibrahim) pernah mendengar Abdurrahman bin Yazid berkata : Ustman pernah shalat bersama kami di Mina empat rakaat, lalu aku tanyakan hal tersebut (tentang shalat empat rakaat) kepada Abdullah bin Mas'ud. Lantas (Abdullah bin Mas'ud) istirja', beliau berkata : Aku pernah shalat bersama Rasul saw di Mina (hanya) dua rakaat, begitupun ketika aku shalat bersama Abu Bakar Shiddiq di Mina dua rakaat, begitu juga bersama Umar shalat di Mina dua rakaat. Semoga baik yang empat atau yang dua rakaat (Alloh) menerimanya. (Shahih Muslim)
أَخْبَرَنَا Ù‚ÙØªÙŽÙŠÙ’Ø¨ÙŽØ©ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙŠÙ’Ø«ÙØŒ عَنْ بÙÙƒÙŽÙŠÙ’Ø±ÙØŒ عَنْ Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø£ÙŽØ¨ÙÙŠ سÙÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù…ÙØŒ عَنْ أَنَس٠بْن٠مَالÙÙƒÙØŒ أَنَّه٠قَالَ صَلَّيْت٠مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم بÙÙ…Ùنًى وَمَعَ أَبÙÙŠ بَكْر٠وَعÙمَرَ رَكْعَتَيْن٠وَمَعَ Ø¹ÙØ«Ù’مَانَ رَكْعَتَيْن٠صَدْرًا Ù…Ùنْ Ø¥ÙمَارَتÙÙ‡Ù
"....Dari Anas bin Malik ia berkata; "Aku pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Mina. Juga pernah bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman pada awal pemerintahannya (Sunan an-Nasa'i 1446)
أَخْبَرَنَا Ø¹ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’د٠اللَّه٠بْن٠سَعÙÙŠØ¯ÙØŒ قَالَ أَنْبَأَنَا ÙŠÙŽØÙ’يَى، عَنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽÙŠÙ’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ عَنْ نَاÙÙØ¹ÙØŒ عَن٠ابْن٠عÙمَرَ، قَالَ صَلَّيْت٠مَعَ النَّبÙيّ٠صلى الله عليه وسلم بÙÙ…Ùنًى رَكْعَتَيْن٠وَمَعَ أَبÙÙŠ بَكْر٠- رضى الله عنه - رَكْعَتَيْن٠وَمَعَ عÙمَرَ - رضى الله عنه - رَكْعَتَيْنÙ
"....Dari Ibnu 'Umar dia berkata; "Aku pernah shalat dua raka'at bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Mina. Aku juga shalat dua raka'at bersama Abu Bakar Radliallahu'anhu dan Umar Radliallahu'anhu."( Sunan an-Nasa'i 1449)
4. 'AISYAH RA
أَخْبَرَنÙÙŠ Ø£ÙŽØÙ’مَد٠بْن٠يَØÙ’ÙŠÙŽÙ‰ الصّÙÙˆÙÙÙŠÙ‘ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ Ù†ÙØ¹ÙŽÙŠÙ’Ù…ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا الْعَلاَء٠بْن٠زÙهَيْر٠الأَزْدÙÙŠÙ‘ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا عَبْد٠الرَّØÙ’Ù…ÙŽÙ†Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø§Ù„Ø£ÙŽØ³Ù’ÙˆÙŽØ¯ÙØŒ عَنْ Ø¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ´ÙŽØ©ÙŽØŒ أَنَّهَا اعْتَمَرَتْ مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صلى الله عليه وسلم Ù…ÙÙ†ÙŽ الْمَدÙينَة٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ مَكَّةَ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ قَدÙمَتْ مَكَّةَ قَالَتْ يَا رَسÙولَ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¨ÙØ£ÙŽØ¨ÙÙŠ أَنْتَ ÙˆÙŽØ£ÙمّÙÙŠ قَصَرْتَ وَأَتْمَمْت٠وَأَÙْطَرْتَ وَصÙمْت٠. قَالَ " Ø£ÙŽØÙ’سَنْت٠يَا Ø¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ´ÙŽØ©Ù " . وَمَا عَابَ عَلَىَّ
Telah mengabarkan kepadaku Ahmad bin Yahya Ash Shufi dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al 'Alaa bin Zuhair Al Azdi dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Al Aswad dari 'Aisyah bahwasanya ia melaksanakan umrah bersama Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam dari Madinah ke Makkah. Tatkala sampai di Makkah Aisyah berkata; Wahai Rasulullah, demi Bapak dan Ibuku, bagaimana engkau mengqashar shalat padahal aku menyempurnakan shalatku, dan engkau berbuka sedangkan aku berpuasa? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam menjawab: Engkau telah berbuat baik wahai ' Aisyah, namun aku pun tidak tercela. (Sunan an-Nasa'i 1455)
عن عائشة قالت : خرجت مع النبى ص Ù… ÙÙ‰ عمرة رمضان ÙØ£Ùطر وصمت وقصر وأتممت Ùقلت بأبى وأمى, Ø£ÙØ·Ø±Øª وصمت وقصرت وأتممت, Ùقال: Ø£ØØ³Ù†Øª يا عائشة ـرواه الدارقطنىـ
Dari Aisyah berkata : Aku pernah keluar bersama Nabi dalam Umrah Ramadhan, lalu Nabi berbuka sedangkan saya tetap shaum. Begitu juga Nabi mengqashar sedangkan saya menyempurnakannya (empat rakaat). Lalu aku bertanya kepadanya, "Demi ayah dan ibuku! Engkau berbuka dan saya tetap shaum, engkau mengqashar, sedangkan saya sempurna (empat rakaat)". Nabi bersabda : "Engkau hebat (bagus) wahai Aisyah". (HR.Ad-Daruqutni, A.Zakaria dalam Al-Hidayah)
5. ANAS BIN MALIK RA
ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا أَبÙÙˆ Ù…ÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽØ±ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù’ÙˆÙŽØ§Ø±ÙØ«ÙØŒ قَالَ ØÙŽØ¯Ù‘َثَنَا ÙŠÙŽØÙ’ÙŠÙŽÙ‰ بْن٠أَبÙÙŠ Ø¥ÙØ³Ù’ØÙŽØ§Ù‚ÙŽØŒ قَالَ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹Ù’ت٠أَنَسًا، ÙŠÙŽÙ‚Ùول٠خَرَجْنَا مَعَ النَّبÙيّ٠صلى الله عليه وسلم Ù…ÙÙ†ÙŽ الْمَدÙينَة٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ مَكَّةَ، Ùَكَانَ ÙŠÙØµÙŽÙ„Ù‘ÙÙŠ رَكْعَتَيْن٠رَكْعَتَيْن٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ رَجَعْنَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الْمَدÙينَةÙ. Ù‚Ùلْت٠أَقَمْتÙمْ بÙمَكَّةَ شَيْئًا قَالَ أَقَمْنَا بÙهَا عَشْرًا
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Ishaq berkata; Aku mendengar Anas radliallahu 'anhu berkata: "Kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari kota Madinah menuju kota Makkah, selama kepergian itu Beliau melaksanakan shalat dua raka'at dua raka'at hingga kami kembali ke Madinah. Aku tanyakan: 'Berapa lama kalian menetap di Makkah?" Dia menjawab: "Kami menetap disana selama sepuluh hari (Shahih al-Bukhari 1081)
وقال ØÙص بن عبيد الله : أقام أنس بن مالك بالشام سنتين يصلى صلاة Ø§Ù„Ù…Ø³Ø§ÙØ±
Hafsha bin Ubaidillah berkata : Anas bin Malik pernah menetap di Syam selama dua tahun, ia melakukan shalat safar (qashar). (Al-Hidayah A.Zakaria h.9)
وقال أنس : أقام Ø£ØµØØ§Ø¨ النبي ص Ù… برام هرمز سبعة أشهر يقصرون الصلا Ø©
Anas berkata : Para shahabat Nabi saw pernah menetap di Rum Hurmuz selama tujuh bulan, mereka menqashar shalatnya (Ibid)
Bersambung...!
Tanya : Assalamu'alaikum wr.wb. saya mohon penjelasan hukuman mati bagi yang sedang hamil dalam Perspektif Islam. Thanks stad!
Jawab : Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh ... Sekalipun wanita itu sedang hamil, maka proses hukum tetap dilakukan. Hanya saja eksekusi mati (jika hukuman mati), harus menunggu hak hidup yang sedang dikandungnya. Dengan kata lain wanita untuk tetap dihukum mati setelah melahirkan.
Hal ini-pun pernah terjadi pada masa Rasulullah saw.
عَنْ عÙمْرَانَ بْن٠ØÙصَيْن٠رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠عَنْه٠{ Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ‘ امْرَأَةً Ù…Ùنْ جÙهَيْنَةَ أَتَتْ النَّبÙÙŠÙŽÙ‘ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ ÙˆÙŽÙ‡ÙÙŠÙŽ ØÙبْلَى Ù…Ùنْ الزÙّنَا – Ùَقَالَتْ : يَا نَبÙÙŠÙŽÙ‘ اللَّه٠، أَصَبْت ØÙŽØ¯Ù‹Ù‘ا ØŒ ÙÙŽØ£ÙŽÙ‚Ùمْه٠عَلَيَّ ØŒ Ùَدَعَا رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ ÙˆÙŽÙ„Ùيَّهَ.
Ùَقَالَ : Ø£ÙŽØÙ’سÙنْ إلَيْهَا ØŒ ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ وَضَعَتْ ÙَأْتÙÙ†ÙÙŠ بÙهَا ÙÙŽÙَعَلَ .
Ùَأَمَرَ بÙهَا ÙÙŽØ´Ùكَّتْ عَلَيْهَا Ø«ÙيَابÙهَا ØŒ Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ أَمَرَ بÙهَا ÙÙŽØ±ÙØ¬Ùمَتْ .
Ø«ÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلَّى عَلَيْهَا ØŒ Ùَقَالَ عÙمَر٠: Ø£ÙŽØªÙØµÙŽÙ„Ùّي عَلَيْهَا يَا نَبÙÙŠÙŽÙ‘ اللَّه٠وَقَدْ زَنَتْ ØŸ Ùَقَالَ : لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ Ù‚ÙØ³Ùّمَتْ بَيْنَ سَبْعÙينَ Ù…Ùنْ أَهْل٠الْمَدÙÙŠÙ†ÙŽØ©Ù Ù„ÙŽÙˆÙŽØ³ÙØ¹ÙŽØªÙ’Ù‡Ùمْ ØŒ وَهَلْ وَجَدْت Ø£ÙŽÙْضَلَ Ù…Ùنْ أَنْ جَادَتْ بÙÙ†ÙŽÙْسÙهَا Ù„Ùلَّه٠تَعَالَى } ØŸ Ø±ÙŽÙˆÙŽØ§Ù‡Ù Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…ÙŒ
Dari Imran bin Hushain, bahwa ada seorang perempuan dari juhainiyah (nama sebuah suku) datang ketempat Rasulullah saw dalam keadaan hamil karena zina. Lalu ia berkata, Ya Rasulullah aku telah berbuat pelanggaran, maka laksanakanlah hukuman itu atasku. Lalu Nabi saw. Memanggil walinya, seraya bersabda, “Peliharalah perempuan ini dengan baik, dan jika ia telah melahirkan, maka bawalah kemari”. Kemudian walinya itu mengerjakannya. Kemudian oleh Rasulullah saw. Diperintahkan supaya pakaiannya diikat rapat, lalu diperintahkan untuk dirajam, kemudian dishalati. Kemudian Umar menyanggah Rasulullah saw, apakah engkau akan menshalatinya, ya Rasulullah paadahal dia berzina? Jawab Rasulullah, “sungguh-sungguh dia telah bertaubat, yang andaikata taubatnya itu dibagi kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya akan mencukupinya. Taukah engkau orang yang lebih utama selain orang yang memperbaiki dirinya karena Allah?” (HR Muslim).
Hadits diataspun menjelaskan bahwa sekalipun wanita itu sudah melanggar (melakukan kesalahan), namun tetap harus diperlakukan dengan baik, seperti perintah Nabi saw kepada walinya. Disamping itu ketika melakukan eksekusi, maka tentu harus menutupi auratnya dan tidak boleh seenaknya memperlakukan yang akan dikenakan hukuman mati itu. Allohu A'lam
Berasal dari Desa ... lahir dari seorang petani kecil. Orangnya prihatin, gampang tersentuh. Ayah dari 7 orang anak! More About me